BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini ketergantungan bahan kimia
sintesis pada sektor pertanian semakin sulit dikendalikan. Penggunaan bahan
kimia sebagai input yang digunakan petani seperti pupuk ataupun pestisida dapat
menyebabkan efek negatif bagi kesehatan, baik manusia maupun alam sekitar.
Meskipun penggunaan kimia sintesis dapat membuat produksi pertanian meningkat,
namun bahaya yang diakibatkan akan sangat berbahaya bagi konsumen. Hal ini
membuat banyak orang yang peduli akan kesehatan beralih dari produk pertanian
konvensional ke produk pertanian organik yang sehat.
Pertanian
organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintesis. Pertanian organik dalam arti luas
diartikan sebagai sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan alami serta
menghindari atau mengurangi penggunaan bahan kimia sintesis.
Tujuan
dari pertanian organik ini adalah menyediakan produk-produk pertanian, serta
bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen tanpa merusak
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Pertanian
organik dengan segala kelebihan nya yang aman di konsumsi serta ramah
lingkungan, masih terdapat banyak kelemahan yang membuat para pelaku pertanian
masih ragu beralih dari pertanian yang bersifat konvensional ke pertanian
organik.
1.3 Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui kelemahan serta kelebihan
dari pertanian organik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Pertanian
organik adalah teknik budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami dan
menghindari bahan-bahan kimia sintesis yang dapat membahayakan tubuh serta lingkungan.
Menurut
beberapa literatur, orang yang pertama kali mengenalkan sistem pertanian
organik adalah Sir Albert Howard. Ia adalah seorang ahli pertnanian
berkebangsaan inggris, yang banyak mempelajari ilmu pertanian di India semenjak
jadi konsultan pertanian di negara tersebut. Apa yang ia dapatkan dalam belajar
pertanian di negri barat ia padukan dengan sistem pertanian tradisional di
India. Diantara yang ia perhatikan adalah kesinambungan pertanian tradisional
yang menekankan pada aspek kesehatan dan kesuburan dengan kelestarian
lingkungan dan kesehatan tanaman. Dalam perjalanannya dia mengembangkan
pertanian organik dan menghasilkan teknik-teknik pertanian organik yang
dijadikan jurnal pertanian organik dan dikembangkan di berbagai negara.
2.2. Keunggulan
Pertanian
organik adalah penerapan pertanian yang mengutamakan kesehatan serta
kelestarian terhadap alam sekitar. Hal ini membuat pertanian organik memiliki
kelebihan tersendiri, diantaranya:
a.
Meningkatkan Ketahanan Tanaman Terhadap Serangan OPT
Pemberian pupuk organik pada tanaman
membuat vogor akar dan batang tanaman lebih kokoh, sehingga menurunkan serangan
terhadap OPT seperti nematoda nintil akar. Pupuk organik juga membuat tanaman
tomat dan padi lebih tahan terhadap serangan hama.
b.
Meningkatkan Aktifitas organisme
Penggunaan
pupuk organik dapat mendorong populasi mikroorganisme yang menguntungkan bagi
tanaman seperti rhizobium, dan mikoriza. Selain itu juga dapat meningkatkan
populasi dan aktifitas mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma sp. dalam
menekan pertumbuhan cendawan akar putih yang sering menyerang tanaman
perkebunan.
c.
Mencegah Erosi
Penggunaan
pupuk organik membantu menurunkan tingkat erosi pada tanah yang mudah terkikis
oleh air dan angin. Penambahan bahan organik akan membantu pertumbuhan fungi,
bakteri, dan aktinomicetes.
d.
Meningkatkan cita rasa
Penggunaan
pbahan organik pada tanaman padi akan membuat nasi menjadi lebih pulen.
Sedangkan pada tanaman singkong akan membuat singkong lebih gembur. Serta pada
buah-buahan akan membuat rasanya lebih manis.
e.
Menaikan kandungan gizi
Dari
percobaan yang dilakukan di New South Wales, dan Western, Australia bahwa
pemberian pupuk organik akan meningkatkan kandungan protein pada tanaman
kacang-kacangan hingga 14%.
2.3. Kekurangan
Diantara
keunggulannya, pertanian organik juga memiliki kelemahan yang menjadi pr bagi
setiap orang untuk mengatasinya. Kekurangan-kekurangan tersebut dapat dijumpai
mulai dari kegiatan sampai pada kegiatan pemasaran produk.
a.
Konversi Lahan dari pertanian konvensional ke organik
butuh waktu lama
Pada
dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO. Namun, bila lahan
yang digunakan berasal dari lahan bekas budidaya pertanian konvensional
(menggunakan pupuk dan pestisida kimia), perlu dilakukan konversi lahan
terlebih dahulu. Konversi lahan adalah upaya yang bertujuan untuk meminimalkan
kandungan sisa-sisa bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan memulihkan unsur
fauna dan mikroorganisme tanah. Lamanya konversi tergantung dari intensitas
pemakaian input kimiawi dan jenis tanaman sebelumnya (sayuran, padi atau
tanaman keras).
Masa
konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah lahan tersebut.
Bila masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan lahan organik. Bila kurang
dari itu, maka lahan tersebut masih merupakan lahan konversi menuju organik.
b.
Biaya input mahal
Kebutuhan
bahan organik sebagai pupuk maupun pestisida pada pertnaian organik membutuhkan
jumlah yang lebih banyak dari pupuk serta pestisida kimia sintesis. Sulitnya
mendapat input dengan jumlah yang banyak ini membuat biaya yang harus
dikeluarkan juga lebih tinggi padi penggunaan bahan kimia sintesis. Padahal,
pemakaian bahan organik memiliki manfaat jangka panjang yang baik.
c.
Hasil produksi lebih sedikit
Hasil
produksi pertanian organik masih dibawah rata-rata dari pertanian konvensional.
Padahal, untuk mencukupi kebutuhan manusia yg terus bertambah populasinya ini
diperlukan produksi yang tinggi. Hal ini tentu menjadi tugas berat bagi para
peneliti pertanian organik dalam menciptakan teknologi yang bisa membuat
produksi dari pertanian organik lebih tinggi.
d.
Harga produk pertanian organik lebih mahal
Harga yang
tinggi dari suatu produk pertanian memang akan memberi keuntungan tersendiri
bagi pelaku usaha tani. Namun di sisi lain, harga yang tinggi itu akan
berdampak menurun nya permintaan di pasar. Harga yang mahal akan membuat konsumen
akan berfikir dua kali atau bahkan beralih pada produnk pengganti, ataupu
produk yang sama namun harganya lebih murah.
Meskipun
produk pertanian organik menjanjikan kesehatan jangka panjang, namun harga nya
masih sulit di jangkau oleh masyarakat bawah. Hal ini akan membuat produk
pertanian organik sulit dipasarkan di pasar-pasar tradisional. Padahal sebagian
masyarakat Indonesia lebih sering mencari kebutuhan mereka di pasar-pasar
tradisional.
e.
Informasi masih terbatas
Informasi
dari perkembangan pertanian organik masih sulit di akses oleh masyarakat
khususnya petani. Telebih sebagian petani di Indonesia memiliki pendidikan yang
sangat rendah, sehingga perlu pendamping dari pihak tertentu seperti penyuluh,
dalam memberi informasi serta menuntun petani dalam menerapkan pertanian
organik tersebut. Misalnya dengan memberi arahan tentang penggunaan pupuk kimia
yang harus di selingi dengan pupuk organik untuk efisiensi penggunaan pupuk
kimia, serta menjaga kesuburan tanah.
f.
Efek pemberian input lambat
Meskipun
penggunaan pupuk dan pestisida organik memiliki efek jangka panjang yang bagus,
namun efek yang dibuat dari pupuk ataupun pestisida organik tersebut cenderung
lambat. Padahal dari hasil yang dilaporkan di Amerika, penggunaan pupuk organik
sebanyak 14 ton pada satuan luas tanah selama 8 tahun masih terasa 40 tahun
sesudah pemberian pupuk terakhir. Hal ini menunjukan bahwa pupuk organik
memberikan peranan dalam pembentukan zat hara dalam tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertanian
organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintesis. Pertanian organik dalam arti luas
diartikan sebagai sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan alami serta
menghindari atau mengurangi penggunaan bahan kimia sintesis.
Menurut
beberapa literatur, orang yang pertama kali mengenalkan sistem pertanian
organik adalah Sir Albert Howard. Ia adalah seorang ahli pertnanian
berkebangsaan inggris, yang banyak mempelajari ilmu pertanian di India. Apa
yang ia dapatkan dalam belajar pertanian di negri barat ia padukan dengan
sistem pertanian tradisional di India. Diantara yang ia perhatikan adalah
kesinambungan pertanian tradisional yang menekankan pada aspek kesehatan dan
kesuburan dengan kelestarian lingkungan dan kesehatan tanaman.
Pertanian
organik memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
a.
Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT
b. Meningkatkan
Aktifitas organisme
c. Mencegah
Erosi
d. Meningkatkan
cita rasa
e. Menaikan
kandungan gizi
Namun
pertanian organik juga memiliki kekurangan, diantaranya:
a. Konversi
Lahan dari pertanian konvensional ke organik butuh waktu lama
b. Biaya input
mahal
c. Hasil
produksi lebih sedikit
d. Harga produk
pertanian organik lebih mahal
e. Informasi
masih terbatas
f. Efek
pemberian input lambat
3.2. Saran
Pertanian
organik memiliki prospek yang sangat bagus, baik itu dari segi kesehatan,
maupun dari segi ekonomis. Banyaknya keunggulan dari produk pertanian organik
semakin menunjang prospek yang bagus tadi. Namun ada beberapa aspek yang masih
harus dicari jalan keluarnya, agar setiap orang mau menerapkan sistem pertanian
organik.
Pemerintah
diharapkan banyak berperan dalam mengoptimalkan prospek yang ada, serta membantu
dalam mencari jalan keluar atas masalah dalam penerapan pertanian organik. Baik
itu dengan menyediakan sarana dan prasarana, pasar organik, pelatihan bagi
petani, tenaga penyuluh, serta dalam menyebarkan teknologi pertanian organik.
Kita sebagai
manusia juga harus lebih peka terhadap pentingnya kesehatan serta kelestarian
alam sekitar. Salah satu usaha yg bisa kita lakukan ialah mengkonsumsi produk
organik, dan mengurangi penggunaan bahan kimia sintesis pada usaha pertanian.
Daftar Pustaka
http://felixmekogadho.blogspot.co.id/2012/03/makalah-pertanian-organik.html
http://pertanian.untag-smd.ac.id/web/artikel_sekolah/detail/1/pertanian-organik-sebagai-solusi-pertanian-modern
http://jurnalorganik.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-pertanian-organik.html
http://netblog-mointi.blogspot.co.id/2012/10/makalah-penerapan-pertanian-organik.html